Tata Krama & Etiket Aikido (Reigi-Saho)
1. Tempat latihan
a. Dojo Aikido umumnya memiliki altar yang di Jepang merupakan altar penghormatan disebut kamiza. Adapun secara lokal altar ini tidak difungsikan sebagai altar penyembahan, secara sederhana lebih berfungsi sebagai penanda sisi muka dojo.
b. Sisi seberang kamiza disebut shimoza yang merupakan tempat duduk peserta. Peserta latihan duduk di shimoza sesuai urutan tingkatan kyu, yang terendah dan yang belum memakai gi duduk di sebelah kiri, sedangkan senpai yang tertinggi duduk di ujung kanan.
c. Dojo adalah milik bersama. Merawat aset/inventaris dojo, mengatur matras, menjaga kebersihan tempat latihan adalah tanggung jawab semua anggota yang berlatih di dojo yang bersangkutan.
2. Berpakaian dalam latihan
a. Semua anggota berlatih dengan mengenakan gi. Adapun gi yang dikenakan dalam latihan Aikido sama dengan yang dikenakan dalam latihan Karate, Kenpo, atau Judo.
b. Sabuk putih dikenakan bagi anggota rokkyu hingga gokyu, sabuk biru bagi anggota yonkyu hingga sankyu, dan sabuk cokelat bagi anggota nikyu hingga ikkyu, sedangkan hakama bagi anggota yudansha dan anggota wanita sankyu hingga yudansha.
c. Bagi anggota pria dilarang menggunakan kaos dalam di balik gi, kecuali dalam keadaan sakit. Sedangkan bagi anggota wanita diwajibkan untuk memakai kaos dalam di balik gi yang menutup hingga pinggang.
d. Semua aksesoris yang melekat di badan harus dilepas selama latihan (anting, cincin, gelang, kalung, dll.) Kuku tangan dan kaki dipotong rapi, kedua hal ini diwajibkan demi menghindari luka gores, resiko terkait di gi atau rambut, dan resiko lainnya. Aksesoris yang diperbolehkan hanyalah aksesoris pendukung olahraga atau perlengkapan medis yang tidak mengganggu dalam pemakaian selama latihan.
e. Jagalah kebersihan dan higienitas diri, menjaga tubuh dan gi tetap bersih adalah juga bagian dari latihan dan tatakrama.
3. Tatacara saat memasuki dojo
a. Datanglah tepat waktu.
b. Jangan membuang-buang waktu sebelum latihan. Ketika sudah tiba di dojo segeralah berganti pakaian dan menyiapkan tempat latihan (matras), menyiapkan tempat latihn adalah tanggung jawab semua anggota dan merupakan bagian dari latihan.
c. Instruktur memberi tanda latihan dimulai, peserta latihan duduk seiza di sisi shimoza, sesuai urutan tingkat kyu.
d. Instruktur berbalik badan menghadap kamiza dan memulai latihan dengan meditasi.
e. Setelah meditasi instruktur memberi aba-aba penghormatan ke arah kamiza “Shomen ni rei”, lalu kembali berbalik menghadap shimoza.
f. Peserta yang paling senior memimpin penghormatan kepada instruktur dengan memberi aba-aba “Sensei ni rei”
g. Jika terlambat datang, berdiri / seiza di sisi kiri dojo / tepi matras sampai instruktur mengizinkan masuk, ucapkan “onegaishimasu” untuk meminta izin kepada instruktur atau senior yang memimpin latihan. Usahakan untuk meminta izin masuk bersamaan dengan peserta yang datang lebih terlambat agar latihan tidak banyak terhenti.
h. Seusai latihan ucapkan terima kasih kepada sesama praktisi yang telah membantu dalam latihan, jika memungkinkan, diperbolehkan untuk melakukan ato-geiko. Setelah itu bersama-sama membereskan tempat latihan (matras) kembali.
4. Tatakrama selama latihan
a. Perhatikan disaat instruktur mendemonstrasikan tehnik, berbicara atau bercakap-cakap dengan peserta lain selama instruktur memberikan contoh adalah tidak sopan.
b. Setelah dojo selesai dibersihkan atau disiapkan, usahakan secepat mungkin berganti pakaian, jangan biarkan instruktur menunggu terlalu lama untuk memulai latihan.
c. Hindari senioritas berlebihan dalam latihan. Ketika berlatih, saling respek tidak memandang tingkatan kyu.
d. Hindari pembicaraan yang tidak perlu ketika latihan sedang berlangsung, terutama yang tidak berkaitan dengan tehnik atau pemahamannya, datanglah ke dojo dengan maksud untuk berlatih, bukan untuk bergosip.
e. Berlatihlah dengan perasaan senang. Santai, tersenyum, dan tertawa sangat dianjurkan ketika sedang berlatih, namun dengan tetap menjaga keseriusan.
f. Ketika mengalami kesulitan berkaitan dengan tehnik, jangan terburu-buru untuk langsung bertanya kepada senior yang terdejat dengan anda atau uke, lakukanlah tehnik secara kontinyu hingga instruktur datang mendekat dan anda mendapat untuk meminta saran. Bertanyalah dengan mempraktekkannya, hindari membahas pertanyaan dengan detail berlebih karena hal tersebut cenderung kurang efektif disaat latihan.
g. Uke adalah guru bagi nage untuk belajar. Ketika sedang menjadi nage mintalah koreksi atau masukan dari uke berkaitan soal tehnik. Selama latihan, uke diharapkan untuk kooperatif, namun bukan berarti berpura-pura, berikan intensi serangan sesuai dengan tingkat kemampuan nage, dan lakukan ukemi sesuai dengan tingkat keberhasilan tehnik. Selama latihan, uke berlatih untuk merasakan sejauh mana kemampuan nage, serta melatih diri untuk bisa beradaptasi dengan kondisi dan tehnik nage.
h. Dalam latihan tidak ada perbedaan jenis kelamin, kecuali berkaitan dengan karakter fisik. Menjaga kesopanan terhadap lawan jenis adalah keharusan.
i. Gunakan sebutan “sensei” ketika berbicara dengan instruktur selama latihan, dan sebutan “senpai” ketika berbicara dengan senior. (Jika ada yudansha lain yang ikut berlatih, maka sebutan “sensei” hanya digunakan untuk berbicara dengan instruktur, dan yudansha yang lebih junior tetap disebut “senpai”)
j. Awali dan akhiri sesi latihan per-tehnik dengan rei kepada pasangan latihan, berterima kasih atas bantuan rekan anda dan sebagai bentuk respek terhadap orang lain.
5. Aikido dan hidup sehari-hari
Aikido adalah sekolah hidup, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari latihan dan secara langsung diterapkan dalam hidup.
a. Ukemi: ukemi pada dasarnya adalah menerima apa yang ada, namun menjalankannya dengan sepenuh hati, tidak takut dengan masalah, dan selalu memiliki semangat untuk bangkit setelah terpuruk.
b. Mokuso: meditasi di awal dan akhir latihan adalah “pemurnian” (cleansing), meditasi bersifat penenangan dan merupakan gerbang menuju fokus, fokus untuk berlatih dan menanggalkan hal-hal negatif yang dibawa dari luar dojo. Ketika latihan berakhir, tujuan meditasi adalah untuk kembali berfokus pada hal-hal yang harus diurus di luar latihan serta membawa nilai-nilai positif dari latihan ke hidup sehari-hari.
c. Menyiapkan tempat latihan: menyiapkan ruangan, matras, membersihkan dojo, dilakukan secara bersama-sama, dan merupakan tanggung jawab anggota, pengurus serta pelatih. Melalui kegiatan ini, selain menumbuhkan semangat kerja sama, juga sekaligus mempererat jalinan pertemanan antar anggota.
d. Irimi: di masa-masa keemasan para samurai, dalam tehnik bela diri tidak dikenal istilah mundur, menghindar, atau lari. Irimi adalah memasuki (entering), berani menghadapi masalah, mau berinteraksi bersama untuk mengharmoniskan perbedaan diantara individu.
e. Ekstensifikasi (memancarkan) energi / extend-ki: memancarkan energi diandaikan seperti bunga yang mekar, matahari yang bersinar, sungai yang mengalir, atau pohon yang berbuah, selalu memberi tanpa lelah, dengan demikian melalui tehnik kita belajar untuk memiliki sifat tulus.
f. Etiket: etika adalah bagian dari bela diri. Menjaga respek dan sopan santun selama latihan adalah pelajaran yang berharga dari latihan ilmu bela diri. Para junior memanggil senior dengan sebutan senpai(baca: sempai) setelah mengucapkan namanya, dan instruktur dipanggil dengan namanya diikuti sebutan sensei. Respek terhadap mereka yang belajar terlebih dahulu adalah bentuk penghargaan atas ilmu, kerendah hatian dan semangat belajar yang baik, dengan demikian para senior juga menaruh respek yang sama terhadap para kohai-nya dan selalu antusias untuk berbagi pengetahuan.